Atasi Polusi, Pertamina Produksi BBM berstandar EURO 4

AFTERMARKETPLUS.id – Berdasarkan data Air Visual menempatkan Ibukota Jakarta di posisi teratas kota dengan kualitas udara terburuk. Setidaknya dalam satu bulan terakhir, berbagai kebijakan diberlakukan untuk mengatasi polusi udara.

Mulai dari kebijakan perluasan ganjil genap untuk kendaraan hingga mengangkat kembali wacana penghentian penggunaan bahan bakar minyak (BBM) bertimbal di Ibukota Negara.

Rencana kebijakan setop penjualan BBM bertimbal di Jakarta ini memaksa perhatian publik beralih pada Pertamina. Perusahaan Energi Nasional yang bertugas mengelola energi tersebut seolah ditantang untuk segera menyiapkan berbagai skenario untuk menjawab ketersediaan BBM tanpa timbal, khususnya di Ibukota Negara.

“Pertamina mendukung upaya Pemerintah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam penggunaan BBM berkualitas demi lingkungan yang lebih baik,” terang Fajriyah Usman, Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) di Jakarta (22/8).

Upaya tersebut dilakukan dengan menyediakan bahan bakar berkualitas di seluruh SPBU di wilayah DKI Jakarta yang berjumlah 259 SPBU.

Dari keseluruhan SPBU di Jakarta, seluruh SPBU menjual Pertamax, sedangkan Pertamax Turbo dijual di 130 SPBU dan Pertamina Dex dijual di 160 SPBU di wilayah DKI Jakarta.

Menurut Fajriyah, untuk mendukung kebijakan penggunaan BBM tanpa timbal di Jakarta, Pertamina tidak hanya menjamin ketersediaan BBM berkualitas di SPBU tetapi juga telah memastikan dua kilang yang menyuplai BBM ke Jakarta telah memproduksi BBM berstandar EURO 4.

Selain Kilang Balongan yang memproduksi Pertamax, Pertamina juga telah merampungkan Proyek Langit Biru Cilacap (PLBC) yang dikelola Refinery Unit (RU) IV Cilacap yang telah diserahterimakan akhir Juli 2019 lalu.

Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina, Ignatius Tallulembang menjelaskan dengan selesainya PLBC, kemampuan produksi Pertamax Kilang Cilacap meningkat signifikan dari 1,0 juta barrel per bulan menjadi 1,6 juta barrel per bulan.

“Kilang Cilacap merupakan salah satu kilang besar Pertamina yang berperan dalam menjaga swasembada dan kemandirian energi nasional. Kapasitas operasi menyumbang sekitar 33,4% dari total kapasitas kilang nasional,” katanya.

Tallulembang menegaskan, PLBC yang dimulai sejak 2015 kini telah selesai dan bisa beroperasi penuh. Sehingga jumlah produksi Kilang Cilacap bertambah dan kualitasnya sesuai dengan standar EURO 4.

Menurutnya, EURO 4 merupakan standar mutu gas buang kendaraan yang ditetapkan oleh negara-negara Uni Eropa untuk menjaga kualitas udara.

Semakin tinggi standar EURO yang ditetapkan maka semakin kecil batas kandungan karbondioksida, sulfur dan partikel yang berdampak negatif pada manusia dan lingkungan.

“Beroperasinya PLBC secara penuh menemukan momentum yang tepat, karena produk yang dihasilkan akan menjadi solusi untuk mengatasi polusi udara, termasuk di wilayah Jakarta,” lanjut Tallulembang.

Sebagaimana diketahui proyek PLBC menelan investasi US$ 392 juta dengan lingkup pekerjaan meliputi : Revamping unit Platforming I sehingga kapasitas produksi meningkat 30% menjadi 18.6 MBSD, Pembangunan unit baru LNHT – Isomerization dengan kapasitas design 21.5 MBSD serta pembangunan beberapa unit Utilities untuk mendukung unit proses PLBC.

Saat konstruksi, PLBC menyerap sekitar 2.500 tenaga pekerja, dimana lebih dari 70% di antaranya adalah pekerja lokal Cilacap. Selama proyek berlangsung hingga tanggal 29 Juli 2019, telah dicapai 17 juta lebih jam kerja aman tanpa LTI.

Melalui PLBC ini, Pertamina berharap dapat meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan oleh kilang sehingga menjawab isu lingkungan, meningkatkan kapasitas kilang, serta pengembangan bisnis petrokimia.

Selain ketersediaan BBM berkualitas di Jakarta dan sekitarnya, peningkatan produksi Pertamax juga dapat mengurangi impor BBM.

“Hal ini berdampak positif pada cadangan devisa negara dan bahkan berkontribusi terhadap GDP Indonesia sebesar 0,12%,” pungkas Tallulembang.

[EYD]