Mitos Atau Fakta

Foto: Istimewa

AFTERMARKETPLUS.id – Pemerintah saat ini gencar melakukan vaksin yang ditujukan kepada lansia, tenaga kesehatan, petugas pelayanan publik, guru, atlet, dan masyarakat umum hingga nanti tersebar dan membentuk kekebalan kelompok (herd immunity).

Namun sayangnya, percepatan vaksin ini tidak diiringi dengan edukasi atau informasi yang merata. Terbukti dengan adanya mis-informasi yang lebih dipercaya masyarakat sehingga menimbulkan kebingungan dan keraguan akan program vaksinasi ini.

Terlebih adanya istilah gelombang kedua pandemi di Indonesia karena adanya peningkatan kembali pasien terkonfirmasi positif COVID-19. Berikut terdapat beberapa mitos yang paling banyak beredar serta penjelasannya mengenai informasi vaksinasi di Indonesia:

Mitos: Vaksin COVID-19 tidak aman karena proses pengembangannya dinilai relatif singkat.

Fakta: Vaksin sudah terbukti aman dan efektif karena telah melalui berbagai proses seperti penelitian uji laboratorium dan klinis yang dilakukan sesuai dengan aturan, standar, dan kriteria etika yang paling ketat hingga akhirnya mendapatkan izin untuk digunakan secara meluas.

Mitos: Setelah vaksin tidak perlu menerapkan protokol kesehatan lagi karena tubuh secara otomatis akan melawan virus COVID-19 secara keseluruhan.

Fakta: Seseorang yang sudah divaksin masih bisa terpapar COVID-19, namun gejala dan kemungkinannya jauh lebih kecil. Sehingga kita harus tetap menerapkan protokol kesehatan karena kita tidak tahu apakah kita masih dapat membawa virus dan menularkannya ke orang lain atau tidak.

Mitos: Orang yang sudah pernah positif COVID-19 (penyintas) tidak perlu vaksin karena sudah membentuk antibodi dengan sendirinya.

Fakta: Antibodi yang dimiliki karena pernah tertular COVID-19 hanya bertahan dalam jangka waktu beberapa bulan saja, tidak tahan lama seperti vaksin. Maka dari itu penyintas diwajibkan untuk vaksin dengan jangka waktu 3-4 bulan setelah dinyatakan sembuh dari COVID-19.

Mitos: Divaksin dapat membuat orang menjadi terinfeksi virus COVID-19

Fakta: Vaksin yang beredar di masyarakat terbukti tidak mengandung virus hidup yang dapat menyebabkan penerimanya terinfeksi COVID-19. Justru virus yang kita terima adalah virus yang sudah dilemahkan sehingga membentuk sistem kekebalan di dalam tubuh yang dapat menimbulkan gejala umum yang sering dirasakan seperti demam.

Munculnya beberapa mitos yang beredar ini salah satunya disebabkan karena adanya kebingungan di tengah masyarakat akan sumber informasi yang dapat dipercaya serta minimnya media untuk mengetahui kebenaran akan isu yang sedang berkembang.

Untuk menjawab permasalahan tersebut, Asuransi Astra mengadakan webinar dengan menghadirkan Bimo A. Tejo, PhD, seorang Peneliti Bioteknologi, Associate Professor University Putra Malaysia yang akan diadakan pada tanggal 23 Juli 2021 pukul 09.00 WIB dengan tema Bergerak Bersama Hadapi Pandemi.

Selain membahas tuntas mengenai strategi untuk menghadapi pandemi COVID-19, para peserta juga diberi ruang untuk melakukan tanya jawab secara interaktif. Mengingat materi yang dibawakan merupakan informasi yang penting untuk diketahui oleh masyarakat luas, webinar ini terbuka untuk umum dan tanpa dikenakan biaya apapun, cukup dengan melakukan registrasi melalui bit.ly/RegistrasiWebinarGardaMedika.

Dengan begitu setelah kita semua menerapkan protokol kesehatan, penanganan gejala yang tepat, dan mengikuti program vaksinasi, dengan menambah pengetahuan dan membagikan informasi yang valid juga bisa menjadi salah satu jalan keluar untuk mengembalikan kondisi agar segera kondusif kembali.

Sebagaimana harapan kita bersama untuk mewujudkan Indonesia bangkit dan terbebas dari penyebaran COVID-19 demi menjalani kehidupan yang normal kembali tanpa adanya pembatasan dan kekhawatiran seperti sekarang ini.

[EYD]