AFTERMARKETPLUS.id – Perhelatan ‘An Electric Revolution: The Rise of Indonesia’s E-Motorcycle’ yang digelar pada Selasa, 12 September 2023, bertempat di The Energy Building, SCBD, Jakarta Selatan.
Deloitte merupakan independen firms mengungkapkan perkembangan mengesankan dalam industri motor listrik di Indonesia.
Erwin Arifin, Director of Research Foundry, mengatakan bahwa sejak tahun 2020 hingga 2022, Indonesia telah melihat lonjakan pesat dalam jumlah motor listrik yang beroperasi di jalanan.
Menurut Erwin Arifin, pada tahun 2020, Indonesia hanya memiliki 1.947 motor listrik yang beroperasi. Namun, pada tahun 2022, angka tersebut melonjak tajam menjadi 25.782 unit, mengalami peningkatan lebih dari 13 kali lipat dalam dua tahun.
Pertumbuhan yang signifikan ini mencerminkan minat yang meningkat pesat dalam motor listrik di negara ini.
Peningkatan jumlah motor listrik yang sangat drastis ini juga sejalan dengan misi pemerintah Indonesia untuk memiliki 13,5 juta motor listrik pada tahun 2030.
Ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia semakin terbuka terhadap teknologi ramah lingkungan dan mobilitas berkelanjutan.
Meskipun pertumbuhan ini sangat positif, masih ada beberapa tantangan yang perlu diatasi untuk mendorong adopsi motor listrik yang lebih luas.
Salah satunya adalah masalah pendistribusian tempat pengisian baterai yang masih kurang memadai di berbagai lokasi. Ini menjadi faktor penting dalam memastikan ketersediaan infrastruktur pengisian daya yang memadai di seluruh Indonesia.
Selain itu, harga kendaraan listrik yang masih relatif tinggi juga mempengaruhi daya beli masyarakat terhadap motor listrik.
Oleh karena itu, untuk mendorong pertumbuhan lebih lanjut dalam industri ini, perlu ada upaya untuk membuat motor listrik lebih terjangkau bagi konsumen.
Fadil Rahman, Director of Strategic Planning and Business Development Pertamina, juga memberikan wawasan tentang tantangan dalam hal baterai motor listrik.
Dia mengungkapkan bahwa saat ini, kekuatan baterai-baterai motor listrik yang tersedia di Indonesia masih kurang memadai.
Sebagai contoh, baterai-baterai yang umumnya ditemui saat ini hanya mampu bertahan selama satu tahun, meskipun klaim awalnya mencapai tiga tahun.
Fadil Rahman menjelaskan bahwa idealnya, baterai motor listrik seharusnya memiliki masa pakai yang lebih lama, bahkan hingga 4-5 tahun atau lebih. Namun, saat ini, kualitas baterai-baterai tersebut masih menjadi masalah yang perlu diatasi.
Pemerintah, perusahaan dan pemangku kepentingan lainnya perlu bekerja sama untuk mengatasi tantangan-tantangan ini dan memastikan perkembangan positif dalam industri motor listrik di Indonesia dapat berlanjut.
Dengan infrastruktur pengisian daya yang lebih baik, harga yang lebih terjangkau, dan teknologi baterai yang lebih baik, motor listrik memiliki potensi besar untuk menjadi pilihan utama dalam mobilitas berkelanjutan di Indonesia.
[Angga Marsanto]