Test Ride Royal Enfield Classic 350 (Bag-1): Kehilangan Banyak Elemen Klasik

pekik udi irianto | 26 Mar 2022

Full Width Image

AFTERMARKETPLUS.id - Royal Enfield Classic 350. Sesuai namanya, sepeda motor ini awalnya dibuat layaknya motor zaman sebelum Perang Dunia ke-2 pada tahun 1930-an sampai 1940-an. Tapi unit yang kami uji ini tak seklasik namanya.

Sepeda motor yang dirilis di Indonesia pada Februari 2022 lalu ini memang menganut konsep desain yang terlihat tua. Royal Enfield menyediakan banyak pilihan varian warna. Kalau Anda ingin mendapatkan sensasi memiliki motor yang benar-benar klasik, kami tidak sarankan memilih varian yang kami uji ini. Kenapa?

Karena kalau Anda pilih varian lain, banyak komponen yang disepuh warna chrome. Sementara unit yang kami uji ini berwarna hitam doff. Melihat cover knalpot berwarna hitam, cover engine juga berwarna hitam, sampai pemakaian velg alloy multi-spoke bukan jari-jari, sedikit menghilangkan kesan klasiknya dan mengarah lebih ke kesan modern.

Tidak berhenti sampai di situ. Masih membahas desainnya, unit yang kami uji memiliki jok tandem. Sebetulnya ini bisa dilepas jadi motor single seater. Nah kalau ingin lebih merasakan sensasi berkendara motor klasik yang sesungguhnya, lepas jok tandem. Setelah dilepas, spakbor belakang dengan fender melingkar yang besar dijamin membuat tampilan Royal Enfield ini menjadi jauh lebih klasik. Resikonya, tak bisa boncengan.

Selebihnya sih tetap, motor ini memakai banyak elemen klasik. Mulai dari desain lampu utama bundar model reflektor yang jadul lengkap dengan topinya. Lampu belakangnya pun demikian, bundar tanpa aksen LED yang berlebihan. Lampu sein depan dan belakangnya yang juga masih membulat dengan tutup mika berwarna kuning.

Bagusnya, kualitas material Royal Enfield Classic 350 masih cukup klasik. Penggunaan material plastik sangat minim. Hampir sekujur tubuhnya terbuat dari material metal yang sangat baik untuk daya tahan.

Modernitas rupanya diterapkan oleh Royal Enfield hingga mengubah rasa berkendara klasik yang khas dari motor ini. Pertama, mesin baru BS6 dengan direct injection. Walhasil, console box di salah satu sisi yang sebelumnya berisi karburator, sekarang berganti dengan peranti elektronik seperti ECU dan komponen elektrikal lain.

Pada generasi sebelumnya, Royal Enfield Classic 350 memakai rangka single craddle frame. Mesin diletakkan menyatu menjadi salah satu stress point struktur rangka. Karena mesin berfungsi juga sebagai rangka, maka getarannya begitu asyik terasa hingga di genggaman handle bar pada putaran mesin tinggi.

Nah, generasi barunya ini, mesin terperangkap di dalam frame sehingga getarannya mampu diserap dengan lebih baik. Ada kelebihan dan kekurangannya, sensasi berkendara motor klasik yang raw itu telah hilang. Mesinnya sekarang terasa sangat halus bak mengendarai sepeda motor modern saja.

Polemik pun muncul. Kalau sebelumnya mesin yang ditempel di rangka menyebabkan vibrasi yang cukup mengganggu kenyamanan berkendara. Kini mesin berteknologi fuel injection dengan penempatan yang sempurna meningkatkan kenyamanan berkendara.

Memang sewaktu berkendara di atasnya, karena minim vibrasi pengendaraan terasa jauh lebih rileks dan nyaman untuk dipakai turing jarak jauh. Tapi jujur, terkadang saat berkendara sesekali rindu juga merasakan getaran kasar mesin lamanya.

Masih penasaran Sob? Tunggu artikel selanjutnya......

[MNR]

#Royal Enfield Classic 350 Redditch Blue #Test Ride

...
Author : pekik udi irianto > 2892 Articles

Pekik Udi Irianto mengenyam pendidikan di Vrije Academie voor de Beeldende Kunsten, The Haque, NL. Memulai karir di bidang otomotif sejak: 1994 : Fotografer Tabloid Otomotif. 2001 : Redaktur Foto Tabloid Otosport. 2003 : Redaktur Foto Majalah Auto Bild Indonesia. 2015 : Pemimpin Redaksi aftermarketplus.id.

Comment (0)

List Comment

No Comment