AFTERMARKETPLUS.id - Mazda terus mengembangkan motor bakar hingga mendekati limitnya. SKYACTIV X menjadi puncak teknologi motor bakar dengan beragam konsep yang sulit diterima orang awam - mesin diesel berbahan bakar bensin.
Sepertinya Mazda ingin membolak-balikan fakta dilapangan bahwa rasio kompresi tidak selalu berbanding lurus dengan kebutuhan oktan yang tinggi pula.
Setelah memperkenalkan teknologi SKYACTIV G yang memiliki rasio kompresi 13:1, namun cukup mengkonsumsi bensin dengan minimum RON90.
Kini Mazda siap merilis SKYACTIV X dengan rasio kompresi hingga 16:1, tapi dapat optimal dengan bensin RON80. Anehnya, saat menggunakan oktan yang lebih tinggi, torsi mesin malah drop. Bingung kan sob?
Tradisi engineer Mazda dalam merancang teknologi adalah harus melepaskan diri dari tren yang ada di dunia otomotif. Tak heran jika SKYACTIV X bisa hadir untuk produksi massal.
SPARK CONTROLLED COMPRESSION IGNITION
Sungguh sulit untuk membayangkan bahwa SKYACTIV X mampu dikembangkan dengan rasio kompresi hingga 16:1, menggunakan bahan bakar bensin beroktan rendah dan tidak menemukan knocking (ngelitik) yang bisa bikin mesin jebol. Spark Controlled Compression Ignition (SPCCI) menjadi jawaban dari SKYACTIV X.
Engineer Mazda ingin mengembangkan Homogeneous Charge Compression Ignition (HCCI) yang telah gagal dikembangkan oleh produsen mobil lainnya. Mesin HCCI mengunakan rasio kompresi tinggi untuk membakar bensin tanpa busi, seperti mesin diesel.
Prinsip mesin diesel yang memiliki campuran miskin (lean combustion) menjadi konsep dasar agar SKYACTIV X bisa efisien dan rendah emisi. Bagaimana tidak 'lean'? Jika seluruh BBM (diesel) yang dimasukan ke ruang bakar, semuanya diubah menjadi tenaga. Ini disebabkan BBM terbakar oleh kompresi mesin.
SUPERCHARGER
Begitu pun pada SKYACTIV X, campuran bensin - udara dibuat sangat lean hingga 29-37:1 - idealnya adalah 14,7:1. Untuk itu digunakanlah supercharger agar pasokan udara terpenuhi, plus teknologi katup variable yang membuat katup tetap terbuka meski piston sudah bergerak naik dalam langkah kompresi.
Dengan campuran sangat 'lean' ini, membuat bensin tidak akan terbakar meski mesin mengadopsi rasio kompresi statis 16:1.
Ibarat kayu bakar yang jumlahnya sangat sedikit dan tersebar merata di seluruh ruang bakar, tentu lebih sulit terbakar ketimbang kayu bakarnya menumpuk - kunci dari konsep ini adalah udara berputar seperti tornado di ruang bakar saat langkah isap yang membuat campuran bensin - udara menjadi homogen.
Nah, saat piston mencapai titik puncak (TMA), direct injection menyemprotkan bensin untuk kedua kalinya bersamaan dengan percikan busi.
Daya dorong piston pun menjadi sangat kuat sehingga mampu menghasilkan tekanan layaknya mesin diesel.
Disinilah peran bensin oktan rendah menjadi kunci dari kekuatan SKYACTIV X. Dimana karakter bensin oktan rendah lebih mudah terbakar ketimbang bensin oktan tinggi. Jadi, jika pakai bensin oktan tinggi, daya dorongnya tidak akan secepat bensin oktan rendah.
Engineer Mazda ingin menghilangkan kerugian dari mesin bensin konvensional yang busi telah memercik sebelum piston mencapai puncak. Jika menggunakan bensin oktan lebih tinggi, otomatis waktu busi menyala pun kian jauh dari titik puncak.
Hal ini jelas kerugian mekanis, lantaran ada sedikit tekanan dari pembakaran disaat piston masih bergerak menuju TMA.
Kondisi seperti ini otomatis menempatkan mesin SKYACTIV X selalu berada di titik kritis. Untuk itulah diperlukan sensor untuk mengukur tekanan di ruang bakar, kondisi udara, bahan bakar yang digunakan, posisi throttle, kecepatan dan lainnya.
Mazda memprediksi SKYACTIV X dengan kapasitas 2.000 cc mampu menghasilkan tenaga hingga 188 hp dan torsi sebesar 230 Nm. Bandingkan dengan SKYACTIV G berkapasitas serupa yang memiliki tenaga 146 hp dan torsi 192 Nm. Konsumsi BBM pun bisa lebih irit hingga 30%.
Mazda berencana baru merilis SKYACTIV X pada 2019. Meski saat ini diuji coba dengan bodi Mazda3, namun bukan tidak mungkin Mazda akan menyematkan SKYACTIV X pada CX-5 yang menjadi produk andalannya.
[Dhany Ekasaputra]




#Mazda CX-5 #Mazda #SKYACTIV X #SPARK CONTROLLED COMPRESSION IGNITION #SUPERCHARGER #SKYACTIV G

Author : Dhany Ekasaputra > 306 Articles
Dhany Ekasaputra merupakan lulusan jurusan Teknik Mesin Universitas Pancasila yang memulai karir dibidang otomotif sejak;
- 1997 : Komunitas Balap KE System
- 1999 : Balap Turing dan Drag Race
- 2001 : Wartawan Tabloid Otosport
- 2003 : Wartawan Auto Bild Indonesia
- 2007 : PIC Auto Bild Indonesia Award
- 2009 : Editor Teknik Auto Bild Indonesia
- 2015 : Safety Driving Institute Otomotif Group
- 2016 : Manager Otomontir Kompas Gramedia
- 2018 : Redaktur Pelaksana Aftermarketplus.id
List Comment
No Comment