Enam Hal Ini Punya Risiko Jadi Sebab Kecelakaan di Jalan, Nomor 1 Paling Bikin Kesal

Foto: Istimewa

AFTERMARKETPLUS.id – Terkadang enam hal ini tidak disadari oleh pemilik kendaraan. Padahal itu bisa punya risiko jadi sebab kecelakaan di jalan. apalagi nomor 1 yang paling bikin kesal.

Apa saja enam hal itu? Simak ya bro.

Lampu di kendaraan merupakan alat komunikasi pemilik mobil dengan pengguna jalan lainnya. Setiap warna memiliki makna untuk mengetahui pergerakan dari mobil tersebut.

Apa jadinya jika alat komunikasi tersebut diganti dengan bukan standar, otomatis akan membuat bingung pengguna jalan lainnya. Misalnya lampu sein diganti warna menjadi biru, atau lampu rem berwarna putih terang, dan lainnya.

Sudah pernah di belakang motor yang pakai lampu belakang dan rem warna putih bro? Bikin kesal kan? Dan yang pasti membahayakan pengguna jalan lainnya.

2. Pakai lampu rem berkedip

Meniru dunia balap kerap dilakukan pemilik mobil. Salah satunya adalah dengan mengadopsi lampu rem berkedip. Padahal di ajang balap formula, lampu berkedip hanya digunakan saat hujan untuk menginformasikan posisi mobil di depannya.

Tapi saat digunakan dalam kondisi sehari-hari, tentu hal ini menjadi tidak tepat. Apalagi lampu berkedip sering dipasang menggantikan bohlam rem atau sebagai lampu tambahan yang akan bekerja saat pedal rem diinjak.

Artinya, pengguna atau pengendara lain perlu refleks berpikir sejenak mengenai arti dari lampu berkedip berwarna merah. Dimana biasanya lampu berkedip adalah sein dan warna merah adalah rem.

Akibatnya, resiko tabrakan beruntun menjadi kian besar. Nggak sadar akan dampak dari hal ini kan bro?

3. Pakai bohlam HID di headlamp Halogen

Pengunaan bohlam HID memang dapat membuat sinar menjadi terang benderang. Tapi saat dipadu dengan headlamp khusus Halogen, otomatis akan membuat arah sinar menjadi berpendar.

Hal ini disebabkan oleh titik fokus yang berubah akibat jarak bohlam dengan reflektor berbeda dengan kondisi standar. Padahal reflektor sudah dirancang untuk bohlam Halogen, jika diganti, otomatis fokus akan berubah.

Dampaknya, ‘Silau men’! Plus manusia termasuk golongan mamalia sehingga mata akan akan memberikan refleks terhadap hadirnya cahaya.

Nggak percaya?

Dalam ilmu safety driving, pengendara diwajibkan memantau sisi kiri jalan saat berpapasan dengan kendaraan lain untuk memastikan mobil berada di jalur yang tepat.

Dalam situasi malam hari dengan pencahayaan terbatas, sulit bagi mata untuk bisa terus memantau sisi kiri jika ada cahaya dari arah depan. Apalagi jika sorotan lampu bikin silau, kondisi ini bisa membuat buta sesaat. Bahaya kan?

4. Memutar video di headunit monitor

Di belahan Eropa dan banyak negara lain, headunit monitor diwajibkan OFF dalam kondisi mobil berjalan secara otomatis. Tapi untuk pasar Indonesia, hal ini jelas akan menurunkan minat konsumen.

Lagi-lagi refleks terhadap cahaya menjadi pemicu utama mata pengendara memalingkan pandangan. Artinya, ada sepersekian hingga beberapa detik, mobil tidak berada dalam kendali pengemudi.

5. Pasang boneka bergoyang di dasbor

Refleks kembali menjadi pemicu gangguan yang pemilik mobil ciptakan alias distraksi dari dalam mobil itu sendiri. Dengan adanya gerakan di dasbor sebagai area pandang pengemudi, otomatis akan mengganggu konsentrasi.

MK16. Tidak jaga jarak aman berkendara

Semua orang tahu, bahwa mobil yang sedang melaju akan memerlukan jarak untuk melakukan pengereman hingga berhenti. Tapi upaya untuk menjaga jarak aman sering menjadi kendala saat berlalu lintas.

Tidak sedikit juga jarak menjadi acuan untuk menciptakan aman berkendara. Padahal orientasi setiap orang sangat berbeda dalam melihat jarak benda.

Nggak percaya lagi?

Coba tanya beberapa orang, tinggi dari sebuah pohon. Pasti jawabannya akan berbeda antara satu dengan lainnya. Nah, bagaimana menentukan jarak 60, 80 atau 100 meter jika orientasi terhadap jarak berbeda oleh setiap orang.

Satuan detik menjadi cara paling efektif untuk menentukan jarak aman berkendara. Dalam kondisi kering, jarak aman adalah 3 detik. Jika dalam kondisi jalan basah, hujan hingga berkabut, sebaiknya ditambah menjadi 4-5 detik.

Nah, bagaimana caranya membuat jarak aman dalam satuan detik?

Pengemudi hanya perlu mencari acuan di sekitar seperti pohon, tiang rambu atau listrik – intinya adalah objek yang diam.

Setelah bagian belakang mobil di depan melewati objek diam tersebut, berhitunglah yang mewakili detik semisal 1001… 1002… 1003… Jika dalam hitungan ketiga mobil kita melewati objek diam tersebut, artinya jarak aman telah tercipta.

Nah, kebayangkan kalau elo malas bikin jarak aman dengan mobil di depan. Terus diselingi dengan nonton video di headunit monitor, plus di depan elo pake lampu rem ala-ala F1 atau diganti warnanya.

Kecelakaan pun siap mengintai bro!

[Dhany Ekasaputra]

About Dhany Ekasaputra 284 Articles
Experience 1. Racing Driver (1999-2002) 2. Testing Driver, e.g : Lamborghini Aventador, Lamborghini Gallardo, Lotus Elise, Nissan GT-R, Nissan Juke R, McLaren 650 S, etc (2001-2015) 3. Journalist Otosport (2001-2003) 4. Journalist Auto Bild Indonesia (2003-2009) 5. Technical Editor Auto Bild Indonesia (2009-2015) 6. Instructor Safety Institute Indonesia (2014-2016) 7. Operational Manager PT OtoMontir Kreasi Indonesia (2015-2017) 8. Managing Editor aftermarketplus.id (2017- )