FAME Pada B35 Bikin Sering Ganti Filter Bahan Bakar. Ini Penjelasannya…

AFTERMARKETPLUS.id – Penerapan bahan bakar diesel B35 mulai diberlakukan pada Agustus 2023. Keluhan pemilik kendaraan bermesin diesel, terutama armada angkut seperti bus dan truk pun mulai bermunculan.

Hal ini dikarenakan jadwal servis yang menjadi lebih sering, terutama jika dibandingkan saat bahan bakar diesel, masih murni Solar. Apakah ini pertanda kualitas BioSolar B35 begitu buruk?

Untuk itu, Sobat OtoPintar perlu memahami apa itu BioSolar B35 agar dapat memahami isi di dalamnya, termasuk FAME (Fatty Acid Methyl Ester).

APA ITU B35?
B35 merupakan kode bahwa ada kandungan Bahan Bakar Nabati (BBN) sejumlah 35% dari total 100% bahan bakar diesel.

Jadi BBN merupakan bahan bakar organik dan BBM (Bahan Bakar Minyak) merupakan bahan bakar non-organik yang berasal dari minyak bumi.

Karena BBM diambil dari dalam bumi, maka akan mengandung Sulfur di dalamnya, dimana Sulfur ini merupakan kandungan yang dapat menyumbat filter dan injektor, serta merusak pelumas mesin.

Sebagai contoh adalah BioSolar B35 merupakan gabungan antara BBN sebanyak 35% + BBM (Solar) 65%.

Solar ini memiliki kandungan Sulfur yang sangat tinggi, yakni 2,500 ppm, sehingga ia tidak dapat dijadikan bahan bakar untuk mesin-mesin diesel berstandar EURO 2 sekali pun – dimana batas maksimal kandungan Sulfur adalah 500 ppm.

Bahan bakar diesel non-subsidi berlabel DEXlite pun mengadopsi B35 di dalamnya. Namun campuran minyak dieselnya, dibatas maksimal 1.200 ppm untuk kandungan Sulfurnya.

Sedangkan untuk bahan bakar diesel lansiran BP dan Vivo, diklaim berstandar EURO 4 (maks. Sulfur 50 ppm), bahkan Shell Diesel telah berstandar EURO 5 dengan maksimal Sulfur 10 ppm.

FAME
Sebagai campuran bahan bakar diesel, BBN terbuat dari minyak kelapa sawit atau Bahasa kerennya CPO (Crude Palm Oil) yang diolah menjadi FAME (Fatty Acid Methyl Ester).

Nah… FAME inilah yang tertuduh menjadi penyebab jadwal servis kendaraan bermesin diesel menjadi lebih singkat.

Hal ini dikarenakan FAME memiliki kemampuan detergency, yakni menjadi pelarut terhadap deposit yang ada di tangki bahan bakar.

Alhasil, kotoran di dalam tangki akan terbawa ke saluran bahan bakar dan menyangkut di filter sehingga terjadi sumbatan. Hal inilah yang membuat jadwal servis kendaraan diesel menjadi lebih singkat.

Apalagi kandungan Sulfur pada Solar yang tinggi, akan mempercepat penggantian filter bahan bakar dan rentan terjadi sumbatan di injektor yang berdampak pada performa mesin kendaraan yang lebih boros.

Kondisi berbeda jika campuran BBM-nya sudah minim Sulfur seperti pada Shell Diesel yang hanya 10 ppm atau BioDiesel lansiran BP dan Vivo yang diklaim berstandar EURO 4. Hal ini tentu akan membuat kondisi filter bahan bakar cenderung lebih bersih.

SOLUSINYA
Dengan kondisi seperti ini, solusinya adalah Sobat lebih memilih sering menggantti filter bahan bakar atau menggunakan bahan bakar diesel yang rendah Sulfur. Mana yang lebih murah nih?

[Dhany Ekasaputra]

About Dhany Ekasaputra 290 Articles
Experience 1. Racing Driver (1999-2002) 2. Testing Driver, e.g : Lamborghini Aventador, Lamborghini Gallardo, Lotus Elise, Nissan GT-R, Nissan Juke R, McLaren 650 S, etc (2001-2015) 3. Journalist Otosport (2001-2003) 4. Journalist Auto Bild Indonesia (2003-2009) 5. Technical Editor Auto Bild Indonesia (2009-2015) 6. Instructor Safety Institute Indonesia (2014-2016) 7. Operational Manager PT OtoMontir Kreasi Indonesia (2015-2017) 8. Managing Editor aftermarketplus.id (2017- )