AFTERMARKETPLUS.id – Penjualan kendaraan bertransmisi otomatis terus meningkat. Tingkat kemacetan yang tinggi di Indonesia, membuat pengemudi perlu meminimalkan pengeluaran energi agar tidak mudah emosi saat berkendara.
Namun bagaimana cara merawat transmisi matik di kendaraan? Simak ulasan OtoPintar berikut ini.
Dua faktor utama rusaknya pelumas adalah panas akibat tekanan atau gesekan dan kontaminasi, baik oleh bahan bakar, kelembaban udara atau pun debu.
Jika penurunan kualitas pelumas mesin, didominasi oleh kontaminasi bahan bakar, maka di transmisi matik, lebih didominasi oleh panas.
Oleh sebab itu, panas menjadi faktor dominan untuk menentukan usia pakai pelumas transmisi otomatis di kendaraan.
Jika berdasarkan tabel di bawah ini, maka usia pakai transmisi berkisar dijarak pemakaian 32.000 – 80.000 km. Dengan catatan, suhu ATF (Automatic Transmission Fluid) berada di angka 91° – 104°C.
Sebagai kelinci percobaan, OtoPintar menggunakan Toyota Kijang Reborn dengan transmisi otomatis 6 percepatan. Pengujian dilakukan di Tol Trans Jawa dengan rute Tangerang – Surabaya PP dengan waktu tempuh sekitar 8 – 9 jam.
Penggunaan mode manual pada transmisi matik Kijang Reborn, kian meningkatkan suhu ATF hingga 120°C. Perpindahan gigi di putaran mesin tinggi membuat gesekan dan tekanan yang terjadi begitu tinggi, sehingga meningkatkan suhu pelumas transmisi.
Jalur ATF yang melewati radiator pun menjadi penyumbang panas pada air radiator. Dimana suhu mesin turut meningkat hingga 111°C, bersamaan dengan kenaikan suhu pada ATF.
Dalam tes ini, air radiator menggunakan kandungan glycol 20% dari brand MASTER Radiator Coolant Premixed.
Kian penasaran saat menggunakan MASTER Radiator Cool yang notabene glycol free sehingga memiliki heat transfer paling optimal
Tapi jika Kijang Reborn dikendarai normal, rata-rata, suhu transmisi ATF diangka 94° – 100°C.
Dengan kata lain, angka penggantian pelumas transmisi otomatis paling aman tentu di rentang 30.000 – 40.000 km.
[Dhany Ekasaputra]
