Tiga Fakta Menarik Dalam Sebuah Pelumas Mesin

AFTERMARKETPLUS.id – Sobat OtoPintar, pelumas mesin merupakan komponen terpenting di dalam sebuah mesin. Tanpa kehadirannya, mesin tak akan bisa bekerja. Tapi tahulah Sobat, ada beberapa fakta menarik dibalik sebuah pelumas.

  1. VOLUME OLI BERTAMBAH
    Itulah pentingnya mematuhi rekomendasi pabrikan kendaraan dalam mengisi oli mesin. Pasalnya, setiap 100 ml, oli akan bertambah sekitar 5-6 ml saat mencapai suhu kerjanya.

Nah kebayangkan jika kita mengisi oli melebihi batas seharusnya. Semisal di mesin Yamaha series 155 cc yang mengharuskan mengisi 900 ml. Artinya saat berada disuhu kerjanya, oli akan bertambah menjadi 54 ml.

Hal ini tentu akan mengurangi ruang udara di crankcase sehingga berbuntut pada tekanan yang lebih tinggi sehingga mendorong pelumas untuk masuk ke filter udara. Efeknya, kerak di ruang bakar akan meningkat akibat hadirnya oli yang turut terbakar.

  1. OLI DIESEL UNTUK MESIN BENSIN
    Lebih terkenal dengan ‘oli sesat’ ini merupakan fenomena menarik. Kandungan TBN (Total Base Number) yang tinggi pada pelumas mesin diesel akan berdampak buruk untuk mesin bensin.

Pasalnya, nilai TBN tinggi (di atas 10) akan berguna saat bertemu dengan kandungan Sulfur tinggi di bahan bakar seperti pada BioSolar – B30 (<2.000 ppm).

Nah… Saat digunakan di mesin bensin – yang notabene hanya mengandung sulfur maks. 500 ppm (std Euro 2) di Pertalite atau maks. 50 ppm untuk RON 92 ke atas, tentu menjadi mubazir.

Sifatnya yang basa, membuat komponen mesin turut menjadi bersih dengan TBN yang berlimpah ini. Tak heran, jika banyak pemilik kendaraan yang bangga dengan kondisi seperti ini, sehingga berpikir mesin lebih terawat.

Efek jeleknya dari TBN yang tidak digunakan adalah pengikisan komponen akibat rusaknya lapisan film di dinding silinder. Kristalisasi terjadi dan membuat ring piston akan berumur lebih pendek. Ciri umum dari TBN yang berlebihan adalah warna putih di knalpot seperti campuran ‘lean’ di pembakaran.

  1. BAHAN BAKAR MERUSAK OLI
    Ini pentingnya cara berkendara untuk memperpanjang penggunaan oli mesin. Seperti kita ketahui, saat gas ditekan atau diplintir lebih dari 50% menandakan bahwa sistem terbuka (open loop) akan terjadi atas perintah ECU alias sensor oksigen di knalpot dinon-aktifkan agar performa mesin optimal.

Saat open loop, AFR akan berada diangka 12-13.5 : 1 (ideal adalah 14.7 : 1). Artinya, bahan bakar yang disemprotkan injektor berlimpah agar power mesin menjadi maksimal.

Tapi efeknya, kondisi ini tak membuat bahan bakar terbakar sempurna sehingga menjadi cukup banyak bensin yang menyusup masuk ke ruang oli. Nah kondisi inilah yang membuat oli menjadi cepat rusak alias berumur pendek.

Sebagai kelinci percobaan, OtoPintar melakukan tes oli SAE 20W-40 API SL/MB di motor Honda Scoopy 110 dan Yamaha Tricity 225 cc sejauh 1.300 km-an (Jakarta – Salatiga PP)

Honda Scoopy kerap gas poll (TPS 100%) untuk melaju dikecepatan maksimal 90 km/jam. Sedangkan Yamaha Tricity cukup buka gas di angka TPS 29.4% dengan AFR 14.1 : 1 untuk melaju di kecepatan serupa.

Hasilnya, kekentalan oli mesin bekas Scoopy tinggal 10.69 cSt, sedangkan Yamaha Tricity masih 11,33 cSt di suhu 100°C. Dalam kondisi baru, oli ini memiliki kekentalan 15.34 cSt di suhu 100°C. Artinya, penurunan kekentalan oli mesin di Honda Scoopy jauh lebih banyak ketimbang di mesin Yamaha Tricity.

[Dhany Ekasaputra]

About Dhany Ekasaputra 284 Articles
Experience 1. Racing Driver (1999-2002) 2. Testing Driver, e.g : Lamborghini Aventador, Lamborghini Gallardo, Lotus Elise, Nissan GT-R, Nissan Juke R, McLaren 650 S, etc (2001-2015) 3. Journalist Otosport (2001-2003) 4. Journalist Auto Bild Indonesia (2003-2009) 5. Technical Editor Auto Bild Indonesia (2009-2015) 6. Instructor Safety Institute Indonesia (2014-2016) 7. Operational Manager PT OtoMontir Kreasi Indonesia (2015-2017) 8. Managing Editor aftermarketplus.id (2017- )