Upah Buruh Menjadi Penyebab Sasis eSAF Bermasalah. Kok Bisa ???

Foto: Istimewa

AFTERMARKETPLUS.id – Fenomena sasis eSAF (enhanced Smart Architecture Frame) milik Honda yang berkarat hingga patah tengah menjadi viral saat ini.

Tapi, apakah sasis eSAF ini hadir untuk peningkatan teknologi atau bertujuan memangkas biaya produksi?

Pada dasarnya, semua produsen kendaraan akan selalu berusaha untuk memangkas biaya produksi agar keuntungan perusahaan tetap terjaga. Tapi apakah ini berarti sasis eSAF hadir tanpa melewati fase R&D?

Tentu saja tidak. Produsen sekelas Honda tentu akan melakukan riset terhadap part yang akan digunakan.

Namun memang ada dua arah pengembangan jika ingin mengubah komponen kendaraan, pertama mengacu pada peningkatan teknologi. Dan kedua adalah pengurangan biaya produksi.

Diberagam kanal sosmed pun, Ahmad Muhibbuddin selaku GM Corporate Communication PT. Astra Honda Motor (AHM) mengatakan bahwa AHM belum berencana melakulan recall karena produk kami telah diproduksi dengan melalui proses uji kualitas.

Jika sasis eSAF memiliki tujuan untuk peningkatan kualitas atau teknologi, dimana targetnya adalah sasis yang ringan, tentu penerapan material aluminium atau serat karbon menjadi pilihan. Tapi hal ini berdampak pada biaya produksi yang semakin mahal.

Namun produsen motor asal Jepang ini sepertinya lebih bertujuan pada memangkas biaya produksi.

Berdasarkan data Kompas.com, Upah Minimum Provinsi (UMP) Karawang – dimana pabrik AHM berada – menjadi yang tertinggi di Indonesia, yakni mencapai Rp 5.137.574,- (bahkan lebih tinggi dari UMP Jakarta – Rp 4.901.798,-).

Pilihan untuk memindahkan pabrik ke daerah dengan UMP lebih murah, tentu pilihan yang sulit, karena perlu investasi yang sangat besar.

Data ini tentu yang disinyalir menjadi hadirnya rangka eSAF untuk menekan biaya produksi. Secara kontruksi, sasis eSAF lebih ringan hingga 8%.

Alhasil, Power to Weight Ratio (PWR) motor-motor Honda menjadi lebih baik sehingga berdampak pada efisiensi konsumsi bbm yang menjadi andalan AHM dalam memproduksi motor.

Sayangnya, proses pelapisan cat untuk melindungi logam dari korosi pada sasis juga diminimalkan.

Tak heran jika sasis eSAF menjadi rentan terhadap timbulnya karat, karena lapisan cat yang tipis akan mudah rusak saat dihinggapi cipratan air atau lumpur dari jalan.

Jika titik karat sudah hadir pada sasis eSAF, otomatis kekuatan akan menurun. Apalagi titik area di bawah pijakan kaki merupakan beban terberat sasis dalam menopang beban. Tak mengejutkan memang jika sasis yang lebih tipis ini akan mudah patah saat menerima impact dari jalan.

Dengan kata lain, AHM meracik sasis eSAF dititik kritisnya. Dengan material yang tipis, otomatis saat terjadi sedikit kerusakan, maka kemungkinan sasis patah akan lebih mudah terjadi.

Penyebaran korosi pada rangka eSAF jauh lebih cepat ketimbang material sasis tubular, yang umum digunakan pada skutik.

Untuk menghindari terjadinya korosi, tentu sasis perlu diberi perlindungan ekstra seperti rutin menyemprotkan MASTER Anti Rust usai mencuci kendaraan agar logam dilindungi oleh lapisan minyak.

Atau menambahkan MASTER Undercoat yang bertujuan untuk memberikan lapisan ekstra agar udara dan logam kian sulit bersinggungan sebagai penyebab terjadinya korosi.

[Dhany Ekasaputra]

About Dhany Ekasaputra 286 Articles
Experience 1. Racing Driver (1999-2002) 2. Testing Driver, e.g : Lamborghini Aventador, Lamborghini Gallardo, Lotus Elise, Nissan GT-R, Nissan Juke R, McLaren 650 S, etc (2001-2015) 3. Journalist Otosport (2001-2003) 4. Journalist Auto Bild Indonesia (2003-2009) 5. Technical Editor Auto Bild Indonesia (2009-2015) 6. Instructor Safety Institute Indonesia (2014-2016) 7. Operational Manager PT OtoMontir Kreasi Indonesia (2015-2017) 8. Managing Editor aftermarketplus.id (2017- )