AFTERMARKETPLUS.id – Mobil listrik GAC Aion Y Plus meluncur di Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2024.
Kami berkesempatan mencicipi rasa berkendara mobil yang didatangkan dari pabrik perakitannya di Thailand ini beberapa waktu lalu.
Awalnya saya sempat skeptis dengan mobil ini. Pasalnya desain lampu utama dan DRL (Day-time Running Lights) bak sayap burung mengepak terlihat berlebihan. GAC Aion menamainya Angel’s Wing Headlights.
Tetapi saat bertatapan langsung dengan mobil ini, ternyata saya keliru. Desain eksteriornya ternyata cukup menarik.
Bahkan desain wajahnya yang tampak kurang familiar itu sukses menarik perhatian siapapun yang berpapasan dengannya. Entah apakah karena mereka terkesima atau hanya penasaran saja. Apapun itu, jelas desain GAC Aion Y Plus terbukti punya daya tarik.
Desain dan dimensi
Mobil yang masuk dalam kategori SUV (Sport Utility Vehicle) ini memang sekilas proporsinya lebih pantas disebut MPV (Multi Purpose Vehicle) dari depan. Mungkin karena kap mesin yang tak begitu panjang dan desainya yang melandai.
Begitu juga desain pilar-A dengan quarter window yang besar. Boleh dibilang desain eksteriornya kurang sentuhan elemen petualangan yang selama ini menjadi khas mobil jenis SUV.
Beruntung di area lubang roda terdapat aksen over fender. Begitu juga area bodi bagian bawah yang dibalut body cladding. Sementara itu desain belakangnya sederhana saja.
Lampu kombinasi LED terhubung dari sisi sebelah kiri ke kanan sukses memberi kesan dimensinya yang lebar.
Saat masuk ke dalam kabin, ternyata kabinnya memang benar-benar luas. Mobil ini memiliki dimensi panjang 4.535 mm, lebar 1.870 mm, tinggi 1.650 mm dan jarak sumbu roda 2.750 mm.
Dimensinya ini identik dengan beberapa rivalnya seperti Wuling Cloud EV, Hyundai Kona Electric dan Chery Omoda E5.
Kalau Anda sudah pernah berada di ketiga mobil itu, seluas itulah kira-kira kabin Aion Y Plus.
Apalagi di atap ada panoramic sunroof berukuran besar yang kalau electric sunshade dibuka, kabinnya terlihat semakin luas.
Tapi ya memang seluas itu kabinnya, duduk di kursi belakang kaki masih bisa diluruskan ke depan. Dapat dipahami karena mobil ini memiliki konfigurasi 5-seater. Artinya ruang di belakang hanya menyisakan tempat untuk bagasi.
Performa dan Pengendaraan
Duduk di kursi pengemudi sama saja. Ruang kaki dan kepala terasa luas. Tak sulit menemukan posisi berkendara yang ideal.
Selain bidang pandang ke depan dan ke belakang sangat baik, kursi pengemudi bisa diatur secara elektris. Jadi tak masalah meski posisi setir belum bisa diatur secara teleskopik.
Seperti mobil listrik modern lainnya, tak perlu lagi mencari tombol Start-Stop untuk menghidupkan kendaraan. Begitu Anda masuk dan mobil mendeteksi kunci mobil, otomatis sistem berkendara langsung aktif. Untuk memulai berkendara, cari tuas transmisi mirip punya beberapa mobil Mercedes-benz di setir.
Injak pedal gas dan mobil pun melaju secara hening. Ada empat pilihan mode berkendara, Eco, Normal, Sport dan i-Pedal.
Awalnya saya berkendara dalam mode ECO. Saat saya mengaktifkan mode berkendara Sport, tiba-tiba mobil loncat. Ini perlu jadi perhatian pengemudinya, terutama saat berada di situasi stop and go.
Ya, penyaluran energi motor listrik pada mode Sport cukup kontras dibanding mode berkendara lainnya. Respons pedal gas terasa begitu instant saat melakukan akselerasi.
Saya juga suka pengeremannya yang dapat diandalkan. Alasannya karena mobil ini punya fitur kemampuan regenerative braking. Jadi saat menginjak pedal rem, energi pengereman dikonversi dan disimpan kembali ke dalam baterai.
Uniknya saat Anda mengangkat pedal gas tanpa menginjak pedal rem, mobil sudah mengerem dengan sendirinya. Seolah terasa seperti ada orang lain yang meginjakkan pedal rem untuk Anda.
Padahal Saya melaju dalam mode Sport. Apalagi kalau Anda mengaktifkan mode berkendara i-Pedal. Pada mode i-Pedal Anda bahkan dapat berkendara hanya dengan menggunakan pedal gas saja.
Jadi saat hendak berhenti di kemacetan, cukup angkat pedal gas dan mobil akan melambat hingga berhenti sempurna meski pedal gas tak ditekan. Nah kalau Anda tidak ingin mobil terlalu melambat saat mengangkat pedal gas, atur energy recovery level ke posisi low.
Kemudi mobil ini jenis flat bottom. Setirnya yang cukup tebal juga sudah dibalut kulit. Kemudinya ini enak digenggam. Bobotnya juga terasa pas tidak terlalu ringan.
Ini membuat saya agak kesenangan mengemudikannya. Ditambah lagi, Ia memakai ban berprofil tapak lebar dengan ketebalan yang tipis (215/50 R18), GAC Aion Y Plus menawarkan grip ke permukaan jalan yang berlimpah.
Jadi saat menikung dengan kecepatan tinggi, mobil dapat dikemudikan dengan baik. Apalagi ada fitur pintar Vehicle Dynamic Assist, Traction Control System dan Electronic Stability Program yang bekerja meminimalkan gejala understeer ataupun oversteer dengan sigap.
Memang kualitas bantingan suspensinya terasa agak sedikit kaku. Tetapi tidak sampai mengganggu kenyamanan seluruh penghuni kabinnya.
Kesimpulannya, GAC Aion Y Plus performa dengan kemampuan deselerasi yang memadai.
Kualitas pengendaraan sangat stabil tanpa berkompromi pada kenyamanan. Intinya, mobil ini layak Anda pertimbangkan bila sedang mencari SUV elektris 5-penumpang seharga Rp 400 jutaan.
Apa tidak ada kekurangannya? Baca di artikel kami sebelumnya tentang mobil ini ya!
[Rizky Satria]