AFTERMARKETPLUS.id - Memiliki dimensi yang ringkas, Mercedes-Benz GLB Edition 50 menawarkan kapasitas angkut 7-penumpang. Meskipun kursi baris ketiganya lebih nyaman diduduki anak-anak, tetapi enak juga kan kalau punya tambahan kursi di baris ketiganya. Karena bisa digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. Nah, kalau perlu bagasi yang lebih luas, kursi baris ketiganya bisa dilipat.
Desain eksteriornya juga dibuat terlihat lebih besar dari dimensinya. Terinspirasi dari flagship SUV Mercedes-Benz GLS, GLB punya tampilan yang macho dan gagah. Bentuknya lebih mengarah ke konsep SUV konvensional ketimbang crossover compact yang dinamis. Meski begitu, kesan mewah tentu tetap terpancar dari dirinya.
Interiornya pun tak diragukan lagi, Mercedes-Benz banget. Mulai dari material yang digunakan hingga fitur yang dimilikinya. Paling hebat, tentu saja sistem multimedia MBUX dengan perintah suara. Di atap ada panoramic sunroof yang bisa dibuka meski penutup kain terasa kurang cocok untuk Indonesia yang beriklim tropis. Untungnya, kabin yang mewah ini punya ruang kabin yang luas.
Desain, eksterior dan interior serta fitur Mercedes-Benz GLB 200 Edition 50 sudah kami ulas lengkap di artikel sebelumnya. Sekarang, kami ulas performa, pengendalian serta stabilitas berkendaranya.
Performa
Mobil-mobil ringkas Mercedes-Benz sekarang memakai mesin yang berkapasitas kecil. Tak terkecuali GLB 200 Edition 50 ini. Mesin 1,3 liter 4-silinder dengan bantuan turbo yang tertanam di balik kap mesin merupakan mesin yang sama milik entry level Mercedes-Benz A-Class.
Kapasitas mesinnya kecil, namun tenaga yang dihasilkan cukup lumayan, 163 hp pada 5.500 rpm dengan torsi puncak 250 Nm yang bisa diraih mulai 1.620 rpm hingga 4.000 rpm. Ini karena Mercedes-Benz memilik rasio kompresi yang agak tinggi, yakni 10,6:1. Outputnya disalurkan ke kedua roda depan melalui transmisi otomatis DCT 7-speed.
Menurut klaim, kecepatan 100 km/jam bisa dicapai dari posisi diam dalam 9,1 detik. Sementara itu kecepatan maksimumnya dipatok 207 km/jam. Catatan yang tak impresif memang untuk ukuran Mercedes-Benz. Namun bukan berarti performanya inferior kala digunakan sehari-hari di dalam kota ataupun perjalanan keluar kota sekalipun.
Sewaktu mendahului kendaraan lain, sama sekali tak ada keraguan. Begitupun saat menanjak, sama sekali tak khawatir mobil gagal melaju atau bahkan bergulir turun. Caranya begini, karena dibantu induksi turbo tentu terasa sedikit turbo lag di rpm rendah. Tetapi setelah menyentuh di atas 3.500 rpm tenaganya mulai ‘nendang’. Nah jadi paddle-shift di setir ada gunanya kan? Kalau mau nyalip atau nanjak-nanjak, jangan ragu turunkan posisi gigi.
Karena perlu diingat, mobil ini punya 7 posisi gigi yang bisa dipilih. Seperti biasa, di mode berkendara comfort atau eco, mobil akan menaruh transmisi di posisi gigi yang tinggi. Tujuannya untuk membuat mobil melaju dengan rpm rendah demi mengejar efisiensi maupun kenyamanan.
Ya memang, di situasi stop and go lalu lintas perkotaan yang padat, mesin berkapasitas 1,3 liter yang hening dan minim getaran ini memberikan suasana kabin yang tenang tanpa hentakan. Selain juga, irit bahan bakar. Tetapi saat dibutuhkan, injak pedal gas dalam-dalam atau pindahkan gigi ke posisi yang lebih rendah, maka mesin akan memberikan feedback yang positif dan cukup menjanjikan untuk melakukan manuver.
Bicara soal irit, seberapa irit memang mobil ini? Hasil pengujian kami melalui rute kombinasi dalam kondisi lalu-lintas yang ramai, MID mencatat konsumsi BBM 11,8 km/liter. Wah, tentu saja catatan ini terbilang istimewa untuk ukuran mobil Eropa bukan?
Pengendalian dan kenyamanan
Oke, sempat disinggung sebelumnya kalau GLB lebih cocok disebut sebagai Urban SUV. Ya, karena ia dibekali mesin yang berkapasitas kecil dengan sistem penggerak roda depan. Ia juga tak dibekali pilihan mode traksi layaknya SUV petualang sesungguhnya. Begitupun dengan ground clearance yang tidak terlalu tinggi. Mobil ini juga tak didesain dengan approach angle dan departure angle sebagaimana mobil offroad dirancang.
Tetapi bukan berarti mobil ini tak mampu diajak melewati medan yang menantang. Jalanan berlubang atau rute lintas pegunungan yang biasanya aspalnya tak mulus bisa dilibas dengan baik. Malah jadi terbukti kalau kualitas bantingan suspensinya masuk kategori nyaman. Maksudnya, ia punya travel suspensi yang cukup panjang namun pergerakan naik turunnya diatur sempurna sehingga permukaan jalan yang rusak atau berlubang jadi terasa halus dan tak sampai membuat sakit pinggang.
Karakter berkendaranya yang nyaman sangat berbeda dari kebanyakan crossover compact yang mengejar impresi berkendara yang sporty. Kalau mau dibandingkan dengan Mercedes-Benz GLA yang menjadi platform pengembangannya, GLB ini jauh lebih nyaman.
Efeknya saat menikung di kecepatan tinggi, gejala body roll cukup terasa. Beruntung tak sampai membuat mobil sulit dikendalikan. Mungkin karena GLB dilengkapi dengan segudang fitur keselamatan aktif yang membantu pengemudinya mengendalikan kendaraan di saat-saat tertentu.
Fitur keselamatan
Selain fitur keselamatan standar, ada beberapa driving assistance lain yang dimiliki GLB, mulai dari Active Braking Assist, Blind Spot Assist hingga Active Parking Assist with Parktronic. Benar, Mercedes-Benz GLB sudah didukung fitur parkir otomatis. Jelas, Anda tak bisa percaya sepenuhnya pada sistem ini, tetap berjaga-jaga mengambil alih kendali sambil memperhatikan posisi kendaraan lewat kamera yang gambarnya bisa dilihat di layar sistem multimedia.
Bagaiamana, tertarik memilikinya?
[MNR]
#Test Drive #Test Drive Mercedes-Benz GLB 200 Edition 50 #GLB 200 Edition 50 #Mercedes-Benz GLB 200 Edition 50

Author : pekik udi irianto > 2935 Articles
Pekik Udi Irianto mengenyam pendidikan di Vrije Academie voor de Beeldende Kunsten, The Haque, NL. Memulai karir di bidang otomotif sejak: 1994 : Fotografer Tabloid Otomotif. 2001 : Redaktur Foto Tabloid Otosport. 2003 : Redaktur Foto Majalah Auto Bild Indonesia. 2015 : Pemimpin Redaksi aftermarketplus.id.
List Comment
No Comment