Test Drive Mini Cooper S Cabrio: The Real Boy’s Toy

Foto: aftermarketplus.id

AFTERMARKETPLUS.id – Setuju kan kalau kita sebut Mini Cooper itu a boy’s toy? Harus setuju dong! Coba saja lihat mobil ini dari sisi manapun. Bentuknya jelas berbeda dari hot hatch pada umumnya. Apalagi banyak hal ‘nyeleneh’ yang dimiliki mobil ini.

Ok, kita bahas satu persatu ya. Pertama desainnya. Walau bentuknya sudah beda sekali dari sang leluhur, Morris Mini yang dipakai Mr. Bean, tetapi entah mengapa kalau melihat mobil ini kita masih bisa ‘relate’ dengan mobil tuanya itu.

Desain

Disitulah kehebatan para desainer Mini di Oxford, Inggris. Ya, Mini Cooper memang berasal dari Inggris. Tetapi Mini yang sekarang berbeda dari Mini yang dulu karena saat ini pemiliknya adalah produsen mobil asal Jerman, BMW. Coba saja, rasa berkendaranya BMW ‘banget’.

Lebih aneh lagi, sejak 2015 BMW memindahkan fasilitas produksi Mini Convertible dari Oxford di Inggris ke pabrik mereka di Belanda. Jadilah Mini Cooper S Cabrio merupakan mobil blasteran Inggris, Jerman dan Belanda.

Masih banyak lagi keunikan mobil ini. Contohnya desain lampu belakang yang memakai corak bendera Union Jack. Keren sih, tetapi ternyata gimmick cantik ini justru jadi polemik. Di beberapa negara desain lampu belakangnya ini diprotes karena sewaktu lampu sein belakang menyala, justru menunjuk arah yang berlawanan. Kalau Anda nyalakan sein kiri, lampu sein kiri yang menyala justru memberi tanda arah panah ke kanan lantaran desain bendera Union Jack tersebut.

Secara keseluruhan desainnya sih tidak jelek. Tapi kalau Anda tanya, kebanyakan orang menyebutnya unik bukan tampan. Atap lurus yang tipis sebetulnya menjadi penanda identitas mobil ini. Tapi karena unit yang kami uji ini versi cabriolet, maka atap kain membuat mobil ini terlihat tak biasa.

Kalau ditutup, desain atapnya terlihat tidak terhubung dengan pillar A karena perbedaan material dan warna. Jadi kalau Anda mengendarainya, saya sarankan buka saja atapnya sekalian supaya kelihatan lebih bagus. Lagipula, bukankah itu esensi sesungguhnya dari membeli mobil yang atapnya bisa dibuka bukan?

Saya suka, proses buka tutup atapnya mudah hanya lewat tuas dan tak memakan waktu yang lama. Tapi ada kekurangannya, atapnya yang bisa dilipat masuk ke dalam bagasi membuat ia tak memiliki wiper kaca belakang. Kalau hujan deras di malam hari, harap hati-hati saat mengintip dari kaca spion. Apalagi kaca belakangnya sangat kecil. Tak selesai sampai di situ, tangkapan kamera mundur yang ditampilkan pada sistem multimedianya juga tak begitu terang di malam hari.

Interior

Masuk ke dalam kabin, sesuai namanya, sempit. Dimensi yang ringkas membuat ruang gerak terbatas. Posisi duduk memang bisa diatur secara leluasa, tetapi masih manual belum elektronik. Duduk. Di kursi pengemudi, visibilitas pun tak bebas.

Tombol-tombol pengaturan agak sulit dijangkau. Konsol tengah terlalu sesak. Ada tuas rem tangan konvensional, sandaran tangan, tuas transmisi, cup holder hingga USB charger. Masalahnya posisi knop pengaturan multimedia terlalu ke belakang. Jadi kalau belum terbiasa, Anda harus menunduk untuk memutar kenop dan memahami satu persatu fungsi masing-masing tombol saat mengoperasikannya. Kalau sudah terbiasa, barulah intuisi yang bicara.

Layar sentuh 8,8 inci di tengah dibingkai lingkaran dengan lampu pendar berwarna. Sentuhan yang unik karena LED ring bisa berubah-ubah warnanya sesuai pengendaraan. Ubahan paling menarik perhatian, digital instrument cluster. Layar berukuran 5,0 inci di tengah cukup aesthetic yang memang menjadi trademark Mini.

Menengok ke kabin belakang, jujur agak tak tega kalau menempatkan orang dewasa dengan postur yang cukup tinggi duduk di situ. Akses keluar-masuk pun harus mengganggu supir dan penumpang depan. Maklum, namanya juga mobil 2-pintu. Makanya seperti yang sudah disampaikan, saat berkendara buka atap apalagi kalau sedang beramai-ramai naik mobil ini. Dijamin, suasana perjalanan menjadi terasa lebih menyenangkan.

Pertanyaannya, kalau berkendara di jalan tol bagaimana? Itu dia dilemanya, mobil ini memiliki performa yang sangat buas dan kemudinya terasa begitu menyenangkan. Sangat disayangkan kalau Mini Cooper S Convertible ini cuma dipakai jalan-jalan santai di pinggir pantai atau di daerah pegunungan. Sebetulnya asyik menggeber mobil ini di jalan bebas hambatan ke luar kota. Tapi kalau dipakai keluar kota pun, bagasinya tak lega. Karena kalau atapnya dilipat maka kapasitas bagasinya pun menjadi semakin sempit lagi.

Itu alasannya saya lebih suka mengendarai mobil ini sendirian di perkotaan. Ajak mobil ini menari di atas performa terbaiknya. Karena mesin 2,0 liter turbocharged miliknya menghasilkan tenaga 192 PS pada 5.000 rpm – 5.500 rpm dengan torsi puncak 280 Nm pada 1.350 rpm – 4.600 rpm. Akselerasi 0-100 kpj bisa dicapai hanya dalam 7,1 detik. Kecepatan maksimalnya 230 kpj.

Sudah dikenal pula, kualitas kemudi Mini yang sangat menyenangkan. Lingkar kemudi berbalut Nappa Leather sangat enak digenggam. Pastikan Anda berkendara dalam mode Sport untuk benar-benar dapat merasakan nikmatnya mengendarai mobil ini. Jujur saja, karena kalau dipakai dalam moder Eco atau normal, kemudinya menjadi terlalu ringan.

Bagaimana dengan kualitas pengedaraannya? Itu dia mengapa saya sarankan pakai terus mode Sport. Karena Mode berkendara hanya mengatur respons pedal gas, perpindahan transmisi dan bobot kemudi. Suspensinya tak berubah. Mode berkendara apapun yang Anda pilih, suspensinya tetap keras.

Ya, suspensi yang kaku ditujukan untuk memberikan stabilitas berkendara di beragam rentang kecepatan. Gejala body roll sangat minim dirasakan saat bermanuver bahkan dalam kecepatan tinggi sekalipun. Resikonya, Anda harus berkompromi dengan kenyamanan berkendara.

Kesimpulannya, anggap saja mobil ini sebagai ‘mainan’ yang sesekali Anda ajak jalan-jalan. Nikmati performa dan kesenangan berkendaranya! Tapi sesekali boleh juga ajak pasangan Anda duduk di sebelah dan berkendara di pinggir pantai. Berhenti dan duduk sejenak di sebelah dermaga dan nikmati dinginnya es kelapa yang segar. Selamat menikmati!

[MNR]

About pekik udi irianto 2275 Articles
1. Otomotif Tabloid, PT Dunia Otomotifindo - Group of Magazine as Photographer from May 2, 1994 to June 14, 2001 2. Otosport Tabloid, PT Penerbit Media Motorindo - Group of Magazine as Photographer from June 15, 2001 to December 31, 2001 3. Otosport Tabloid, Automotive Media Supporting Unit, PT Penerbit Media Motorindo - Group of Magazine as Photo Editor from January 1, 2002 to December 31, 2002 4. Otosport Tabloid, PT Penerbit Media Motorindo - Group of Magazine as Photo Editor from January 1, 2003 to April 5, 2003 5. Auto Bild Magazine, PT Penerbit Media Motorindo - Group of Magazine as Photo Editor from May 6, 2003 to December 31, 2008 6. Photographic Section, Auto Bild Editorial Department, Automotif Media, Publishing II Division, PT Infometro Mediatama - Group of Magazine as Photo Editor from January 1, 2009 to October 31, 2014 7. aftermarketplus.id as Editor in Chief from August 2, 2015 to present